Makna Maulid Nabi Muhammad Saw
Sebelum Saya menulis tentang makna maulid Nabi, izinkan Saya menceritakan sedikit tentang ulang tahun anak Saya doloe. Nama anak Saya Muhammad Nuuruddiin dan ketika umurnya menginjak 1, 2, 3 tahun dan seterusnya, Saya sebagai orang renta selalu merayakannya dengan cara sederhana dengan mengundang kerabat dan tetangga bersahabat untuk hadir dalam peringatan tersebut.

Apa yang Saya lakukan itu yakni bentuk rasa akung kepada anak Saya sendiri dengan keinginan anak Saya merasa senang dengan hadirnya banyak mitra yang juga ikut memdiberi ucapan selamat selain juga ucapan "amin" dari kawan-kawannya yang hadir supaya anak Saya sanggup sehat dan berumur panjang.

Tentu cara Saya ini tidak ada dalilnya dalam Al Alquran dan hadits, sehingga otomatis memperingati ulang tahun anak Saya termasuk bid'ah. Namun apakah setiap bid'ah itu yakni salah dan sesat ? Salahkah Saya memperingati ulang tahun dengan cara meminta doa kebaikan untuk anak Saya di masa yang akan hadir ? Salahkah Saya mengisi ulang tahun dengan cara berzakat membagi-bagikan masakan kepada mereka yang hadir ?

Saya yakin teman bersahabat tiruana sanggup menjawabannya. Salah atau tidaknya tergantung cara dan niat pribadinya masing-masing di dalam hati. Dan kita tidak pantas menilai niat seseorang di dalam hati, alasannya yakni yang tahu isi hati cuma Allah. Maka pantaskah seseorang menghukumi bid'ah terhadap perlakuan Saya mengundang orang di hari ulang tahun anak Saya untuk mendoakan anak Saya kemudian berzakat kepada mereka, sementara orang tersebut tidak tahu isi niat dari hati Saya ?



 izinkan Saya menceritakan sedikit tentang ulang tahun anak Saya doloe Makna Maulid Nabi Muhammad SAW



Maulid Nabi, bid'ah ?

INI aturan yang didiberikan sebagian golongan kepada mereka umat Islam yang memperingati maulid Nabi Muhammad SAW. Ada sebagian golongan yang membid'ahkan cara umat Islam ini dalam memperingati maulid Nabi Muhammad SAW dengan mencap sesat atau dholalah serta lebih ekstrim lagi mencap mereka akan masuk neraka alasannya yakni melaksanakan bid'ah tersebut.

Padahal kalau Saya telusuri lebih jauh lagi, yang ikut memperingati maulid Nabi Muhammad SAW ini yakni segenap keturunan Nabi, cucu-cucu Nabi, para habaaib yang ada di seluruh dunia yang diikuti oleh mereka umat Islam para pecinta Nabi dan pecinta keturunannya (habib). Karena rasa akungnya mereka kepada Nabi, rasa rindu yang mendalam dari mereka ingin bertemu dengan Nabi, salahkah atau sesatkah para habaib yang mulia tersebut memperingati hari ulang tahun Baginda ?

Beranikah kita menyebutnya masuk neraka kepada cucu-cucu Nabi dan keturunannya tersebut dikarenakan spesialuntuk alasannya yakni memperingati maulid Nabi ? Bukankah di dalam peringatan maulid Nabi ini diisi dengan aneka macam taushiyah dari para habaib dan para ulama, diisi dengan nasyid-nasyid dan bacaan maulid Nabi yang mengagungkan keutamaan budbahasa Nabi dan diisi dengan untaian doa-doa untuk kejayaan kaum muslimin ?

Agar lebih mantap, mari kita tengok kapan sebenarnya peringatan maulid Nabi ini dimulai ?

Sejarah maulid Nabi 

Peringatan maulid Nabi Muhammad SAW pertama kalinya dilakukan pada zaman Dinasti Ayyubiyyah oleh Gubernur/Sultan Salahuddin Al Ayyubi (1174-1193 M/570-590 H). Beliau ini yakni pemimpin Islam sekaligus jenderal perang sehingga keberaniannya sudah di kenal di kalangan umat Islam dan lawan. Beliau murung alasannya yakni pada waktu itu, kaum muslimin mulai jauh dari sunnah Nabi, sementara kaum salib sanggup saja ketika itu menghantam setiap saat.

Karena latar belakang itulah, menurut ijtihad ia (ingat bahwa ijtihad termasuk sumber aturan Islam selain Al Alquran dan hadits), maka ia memakai moment hari lahirnya Nabi untuk menumbuhkan kembali sunnah-sunnah Nabi yang mulai pudar, mempertebal rasa cinta kepada Nabi serta meningkatkan semangat juang umat Islam dalam menegakkan Islam.

Beliau menghimbau seluruh umat Islam di dunia supaya setiap tanggal 12 Rabiul Awal, hendaknya dirayakan oleh seluruh umat Islam secara massal. Beliau sebelumnya minta persetujuan Khalifah An Nashir di Bagdhad dan usulnya disetujui.

Pada trend haji tahun 579 H, Sultan sekaligus sebagai penguasa tanah haram Mekkah dan Madinah, menginstruksikan kepada seluruh umat Islam dunia yang sedang berjamaah haji, supaya mensosialisaikan peringatan maulid Nabi itu mulai tahun 580 H di seluruh dunia untuk membangkitkan umat Islam.

Sementara itu, perayaan maulid Nabi di Indonesia sudah ada semenjak zaman para wali songo. Gelaran ini dinamakan Muludan, isinya yakni dakwah atau usul kepada masyarakat untuk memeluk agama Islam atau mengucapkan dua kalimat syahadat. Itulah kenapa Muludan disebut juga Perayaan Syahadatain atau Sekaten (Surakarta).

Sedangkan pada zaman Mataram (Yogyakarta), Muludan ini dinamakan Gerebeg Mulud. Mengapa ? Gerebeg artinya mengikuti, mengikuti para sultan dan pembesar keraton untuk pergi ke mesjid merayakan maulid Nabi lengkap dengan masukana upacara menyerupai nasi pegununganan untuk disedekahkan.

Versi lain dari asal asul maulid Nabi yakni bahwa yang pertama melaksanakan peringatan Maulid Nabi yakni Sultan Al Muzhoffar, penguasa dari negeri Irbil yang sangat berdedikasi tinggi pada riwayat Nabi yang mulia. Selanjutnya, peringatan Nabi selalu difasilitasi oleh para penguasa dengan program uraian riwayat Nabi serta program lokal lainnya.

Versi ke tiga yakni peringatan Nabi dipertamai oleh kelompok sesat Syiah Ubaidiyyun dan parahnya lagi, mereka yang selalu membid'ahkan peringatan maulid Nabi selalu dianggap mengikuti golongan syi'ah ini yang memang punya tradisi maulid namun sangat tidak sama dari segi aqidah sunnah wal jama'ah dan punya niat bukan untuk menegakkan kebenaran Islam. Kalau memang tidak sama dari segi niatnya saja, tidakboleh diambil kesimpulan atau tidakboleh pukul rata sesungguhnya penyuka peringatan maulid Nabi sama saja dengan mengikuti kelompok kebatinan ini. Ini salah kaprah.

Versi terakhir yakni versi Saya. Menurut Saya peringatan maulid Nabi itu sudah ada semenjak zaman Nabi, bahkan ia memperingati (mengagungkan) hari lahirnya sendiri seminggu sekali dengan berpuasa pada hari Senin.

Ketika ditanya tentang puasa pada hari Senin, Nabi menjawaban :

ذاك يوم ولدت فيه ويوم بعثت اوانزل علي فيه


"Hari itu yakni hari saya dilahirkan, hari saya diutus atau diturunkan wahyu kepadaku". (HR. Muslim)

Hadits ini ialah dalil konkret bolehnya memperingati maulid Nabi yang ketika itu dirayakan oleh Nabi dengan cara berpuasa. Kaprikornus ini ialah fakta bahwa Nabi-lah yang pertama kali mengagungkan hari kelahirannya sendiri dengan cara berpuasa.  Kalau begitu, bukankah mengagungkan hari di mana Nabi dilahirkan ialah sebuah sunnah yang sudah Nabi contohkan kepada kita. INI asal dan esensi dari program maulid Nabi.

Kaprikornus boleh dong seandainya Saya memperingati tanggal lahirnya Nabi dengan program taushiyyah.dengan dalil hadits di atas.


Makna maulid Nabi

Nilai dan makna maulid Nabi, diantaranya :
  • Kemeriahan dan kegembiraan lahirnya Nabi akan menumbuhkan rasa cinta dan penghormatan terhadap Nabi, alasannya yakni Beliau-lah pembawa rahmat dan tauladan bagi seluruh alam. Kecintaan terhadap Nabi harus disimpan di atas kecintaan pada diri sendiri, anak, istri dan harta. Diharapkan jikalau sudah ada rasa cinta kepada Beliau, kita sanggup mengikuti apa yang ia titahkan melalui sunatnya.
  • Mendapatkan isyarat atau bimbingan dari para ulama ketika memberikan taushiyyahnya seputar budbahasa atau suri tauladan Nabi yang bertahap sanggup kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
  • Menumbuhkan rasa sosial atau sodilaritas antara kaum muslimin, khususnya dalam memmenolong para faqir atau para undangan dengan jamuan istimewa dari para kaum kaya.
  • Meningkatkan rasa persatuan dan persaudaraan di antara kaum muslimin dengan cara berkumpul di satu kawasan yang berkah penuh rahmat. Siapa yang takut, jikalau ratusan ribu kaum muslimin berkumpul dalam satu majelis memperingati maulid Nabi.
  • Mendorong setiap orang untuk selalu bersholawat kepada Nabi sesuai dengan ayat Al Alquran surat Al Ahzab ayat 56.
  • Melestarikan anutan Nabi untuk keturunan kita supaya selalu berada dalam millahnya.
Wallaahu a'lam. Hanya Allah Yang Maha Tahu.

LihatTutupKomentar