Mengenai Hamdallah
Pengertian hamdallah atau puji, dapat dilihat dari 2 sudut pandang yaitu dari segi lughowi dan dari segi istilah. Arti hamdallah berdasarkan lughowi yakni ungkapan rasa terima kasih atau syukur melalui ucapan atas karunia yang didiberikan disertai dengan rasa hormat, baik nikmat ataupun kategori selain nikmat. Sedangkan berdasarkan istilah, puji yakni pekerjaan yang mengatakan rasa agungnya Yang Memdiberi Kenikmatan, baik melalui ucapan, hati ataupun perbuatan.

Sama halnya dengan basmallah, para penulis kitab, meletakan hamdallah selalu setelah basmallah. Hal ini berdasarkan alasan yang hampir sama dengan alasan dipertamainya sebuah kitab dengan basmallah, yakni mengikuti Al Alquran yang agung serta mengamalkan hadits Rasul yang menyatakan bahwa setiap pekerjaan yang anggun namun tidak dipertamai dengan hamdallah, maka pekerjaan itu kurang berkah.

Kalau teman bersahabat membaca postingan kemarin wacana harus dipertamainya sebuah goresan pena dengan basmallah, maka tampaknya ada 2 keterangan yang memerintahkan hal yang sama. Pada kepingan basmallah, kita harus mengpertamai goresan pena dengan basmallah. Sekarang pada kepingan hamdallah, juga harus dipertamai dengan hamdallah. Ya...gak usah gelagapan dan bingung, kedua keterangan tersebut memang benar adanya.

Para ulama membagi istilah permulaan/pembukaan/iftitah dengan 2 macam iftitah/permulaan, yaitu iftitah haqiqi dan iftitah idlofi. Dalam hal ini basmallah termasuk dalam kategori iftitah haqiqi sedangkan hamdallah termasuk dalam jenis iftitah idlofi. Sesuai dengan namanya, iftitah idlofi yakni “pembukaan yang disandarkan”, jadi terang bahwa hamdallah yang termasuk kategori iftitah idlofi sebab penempatannya disandarkan setelah basmallah. Kiranya untuk problem ini tidak perlu diperdebatkan lagi, sebab bukan hal yang sangat penting untuk dijadikan tema perdebatan, yang penting dalam prakteknya yakni segala sesuatu pekerjaan yang baik mestinya dipertamai dengan basmallah dan hamdallah.

Imam Nawawi rahimahullah menyatakan bahwa menulis hamdallah bukan spesialuntuk saat akan menulis sebuah kitab saja, melainkan bagi siapa pun yang akan mempelajari sebuah kitab/mengkaji kitab, baik itu kitab hadits, fiqih dan lain sebagainya, hendaklah dipertamai juga dengan hamdallah disamping basmallah.
Tentang lafadz hamdallah, ada 3 versi yang Saya temukan dalam mengucapkannya, yaitu :

الحمد لله رب العالمين



Alhamdu lillaahi rabbil 'aalamiin


الحمد لله حمدا يوافي نعمه ويكافي مزيده



Alhamdu lillaahi hamday yuwaafii ni'amahuu wayukaafii maziidah


الحمد لله بجميع محامده كلها ما علمت منها وما لم اعلم



Alhamdu lillaahi bijamii'i mahaamidihii kulliha maa 'allimtu minhaa wamaa lam a'lam


Kita bebas menentukan mengucapkan redaksi yang mana saja.

LihatTutupKomentar