Apa saja amalan malam Nisfu Syaban yang bisa kita lakukan ? Untuk menjawaban pertanyaan ini, mari kita bahas doloe, apa itu nisfu Sya'ban. Nisfu itu artinya pertengahan sedangkan Sya'ban yakni bulan ke 8 dari tahun hijriyyah, yakni bulan setelah Bulan Rajab sebelum Bulan Ramadhan. melaluiataubersamaini demikian, nisfu Sya'ban yakni pertengahan bulan Sya'ban, atau bila jumlah harinya 30 hari, maka pertengahan Sya'ban itu yakni tanggal 15 Sya'ban.
Berbeda dengan sistem penanggalan masehi yang mengpertamai hari dari jam 00.00, maka dalam penanggalan hijriyyah, pertama hari itu dimulai dikala matahari terbenam. melaluiataubersamaini demikian tanggal 15 bulan Sya'ban dimulai dari sejak pertama waktu maghrib tanggal tersebut hingga sesaat matahari terbenam lagi atau menjelang maghrib diberikutnya. melaluiataubersamaini demikian malamnya tanggal 15 itu, kita kenal dengan malam nisfu Sya'ban.
Lalu adakah hadits yang mempopulerkan istilah nisfu Sya'ban ini ? Jelas ada, lantaran para ulama tentunya akan selalu menimbulkan Al Alquran dan hadits sebagai aliran pertama. Namun lantaran dalam Al Quran, istilah ini tidak ada, maka kita ambil aliran yang ke dua yakni hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah.
Bunyi dari hadits tersebut yakni :
Berbeda dengan sistem penanggalan masehi yang mengpertamai hari dari jam 00.00, maka dalam penanggalan hijriyyah, pertama hari itu dimulai dikala matahari terbenam. melaluiataubersamaini demikian tanggal 15 bulan Sya'ban dimulai dari sejak pertama waktu maghrib tanggal tersebut hingga sesaat matahari terbenam lagi atau menjelang maghrib diberikutnya. melaluiataubersamaini demikian malamnya tanggal 15 itu, kita kenal dengan malam nisfu Sya'ban.
Lalu adakah hadits yang mempopulerkan istilah nisfu Sya'ban ini ? Jelas ada, lantaran para ulama tentunya akan selalu menimbulkan Al Alquran dan hadits sebagai aliran pertama. Namun lantaran dalam Al Quran, istilah ini tidak ada, maka kita ambil aliran yang ke dua yakni hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah.
Bunyi dari hadits tersebut yakni :
حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْخَلَّالُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَنْبَأَنَا ابْنُ أَبِي سَبْرَةَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَعْفَرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا فَإِنَّ اللَّهَ يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُولُ أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِي فَأَغْفِرَ لَهُ أَلَا مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلَا مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلَا كَذَا أَلَا كَذَا حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ
Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali Al Khallal, ia berkata, sudah menceritakan kepada kami Abdurrazaq, ia berkata, sudah memdiberitakan kepada kami Ibnu Abu Sabrah dari Ibrahim bin Muhammad dari Mu'awiyah bin Abdullah bin Ja'far dari Bapaknya dari Ali bin Abu Thalib, ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila malam nisfu Sya'ban (pertengahan bulan Sya'ban) tiba, maka shalatlah di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya. Sesungguhnya Allah turun ke langit bumi pada dikala itu ketika matahari terbenam, kemudian Dia berfirman: "Adakah orang yang meminta ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya. Adakah orang yang meminta rizki maka Aku akan memdiberinya rizki. Adakah orang yang menerima cobaan maka Aku akan menyembuhkannya. Adakah yang begini, dan adakah yang begini…hingga terbit fajar."
Dari hadits di atas, maka bisa kita simpulkan sebetulnya Nabi memerintahkan melaksanakan amalan pada tanggal 15 Sya'ban berupa :
- shalat pada malam 15 Sya'ban
- puasa pada siang 15 Sya'ban
- banyak diberistighfar dan berdoa
Mengapa Nabi menganjurkan itu ? Karena berdasarkan hadits di atas, Allah turun ke langit dunia pada hari itu mulai terbenamnya matahari hingga terbit fajar. Hal ini sangatlah istimewa, lantaran biasanya Allah turun ke langit dunia spesialuntuk pada sepertiga malam terakhir saja, sesuai dengan hadits riwayat Imam Bukhari :
Makara seolah-olah Allah mempersembahkan seluas-luasnya kepada segenap kaum muminin untuk segera mendekat dan bermunajat kepada-Nya memanfaatkan moment 15 Sya'ban, yang mana kita sangat susah mendapatkan moment dan penawaran ini menyerupai biasanya lantaran kita harus bangkit doloe di sepertiga malam terakhir.
Maksud turun di sini yakni Allah menebarkan rahmat-Nya kepada siapa yang menginginkan rahmat tersebut. Seolah-olah Allah mempersembahkan penawaran :
يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
"Rabb Tabaaraka wa Ta'ala kita turun di setiap malam ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir dan berfirman: "Siapa yang berdo'a kepadaKu niscaya Aku kabulkan dan siapa yang meminta kepadaKu niscaya Aku penuhi dan siapa yang memohon ampun kepadaKu niscaya Aku ampuni".
Makara seolah-olah Allah mempersembahkan seluas-luasnya kepada segenap kaum muminin untuk segera mendekat dan bermunajat kepada-Nya memanfaatkan moment 15 Sya'ban, yang mana kita sangat susah mendapatkan moment dan penawaran ini menyerupai biasanya lantaran kita harus bangkit doloe di sepertiga malam terakhir.
Maksud turun di sini yakni Allah menebarkan rahmat-Nya kepada siapa yang menginginkan rahmat tersebut. Seolah-olah Allah mempersembahkan penawaran :
- siapa yang minta ampun pada malam ini, akan Allah ampuni
- siapa yang minta rizki pada malam ini, akan Allah diberi
- siapa yang minta disembuhkan dari sakit/musibah pada malam ini, akan segera disembuhkan
- siapa yang minta apapun pada malam ini, akan Allah kabulkan
Kalau berdasarkan hadits di atas, Allah mempersembahkan penawaran yang Istimewa pada malam itu, yakni malam 15 Sya'ban, pantaskah kita menolaknya ? Pantaskah kita menganggap malam itu bukan malam Istimewa ? Sementara Allah saja mempersembahkan penawaran yang Istimewa buat makhluk- Nya ?
Nah, kemudian apa saja amalan yang yang harus kita lakukan pada tanggal 15 Sya'ban itu ? Sesuai dengan isi hadits di atas, maka lakukanlah amalan-amalan yang dianjurkan, menyerupai memperbanyak sholat sunat (qiyamullail), memperbanyak dzikir dan memperbanyak meminta, kemudian esok siangnya kita melaksanakan puasa sunat, bisa diniatkan puasa pertengahan bukan Sya'ban. Lebih baik lagi bila puasanya 3 hari yakni ditambah 2 hari sebelumnya yakni tanggal 13, 14 dan 15 Sya'ban lantaran memang puasa di pertengahan bulan termasuk puasa yang disunatkan, sesuai dengan hadits riwayat Imam Nasai :
صِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ صِيَامُ الدَّهْرِ وَأَيَّامُ الْبِيضِ صَبِيحَةَ ثَلَاثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ
"Puasa tiga hari setiap bulan yakni puasa Dahr dan puasa hari-hari Bidh (putih cerah lantaran sinar rembulan), yakni waktu pagi tanggal tiga belas, empat belas dan lima belas."
Lalu bagaimana dengan hadits ihwal :
Arti dari hadits diatas berdasarkan sebagian ulama ialah bila seseorang tidak terbiasa berpuasa sunat, kemudian ketika masuk pada pertengahan bulan Sya'ban, barulah ia mulai berpuasa dengan sengaja lantaran (menyambut) bulan Ramadlan., maka puasa macam itulah yang tidak boleh. Tetapi kalau sudah terbiasa dengan contohnya puasa sunat Senin Kamis atau puasa Daud, maka tidak ada larangan baginya.
Kita kembali ke tema pertama ihwal amalan di malam Nisfu Sya'ban. Lalu bagaimana dengan sebagian teman erat muslim kita yang selalu membaca Yasin secara berjamaah di masjid dikala malam nisfu Sya'ban ? Tidak masalah, lantaran mereka juga sedang mengamalkan hadits di atas yakni banyak berdoa dan meminta.
إِذَا بَقِيَ نِصْفٌ مِنْ شَعْبَانَ فَلَا تَصُومُوا
" Jika sudah masuk pada pertengahan bulan Sya'ban, maka tidakbolehlah kalian berpuasa."
Kita kembali ke tema pertama ihwal amalan di malam Nisfu Sya'ban. Lalu bagaimana dengan sebagian teman erat muslim kita yang selalu membaca Yasin secara berjamaah di masjid dikala malam nisfu Sya'ban ? Tidak masalah, lantaran mereka juga sedang mengamalkan hadits di atas yakni banyak berdoa dan meminta.
Mereka biasanya meminta 3 seruan yakni diampuni dosa, didiberikan rizki yang halal dan berkah bekal ibadah serta diputuskan iktikad dan Islam hingga final hayat. Masing-masing dari tiap satu seruan itu biasanya dipertamai lampau dengan membaca Yaasin 1 kali secara bersama-sama, kemudian doa dipimpin oleh imamnya yang diamini oleh jemaah tersebut.
Lalu mengapa harus dilakukan secara berjamaah ? Bukankah cukup dilakukan sendiri-sendiri ? Betul saudaraku, tapi ternyata para teman erat kita ini punya alasan yang terang mengapa mereka harus berkumpul.
Sesuai dengan hadits di atas, malam 15 Sya'ban ialah malam penawaran SPESIAL dari Allah. Kalau Allah menganggapnya sebagai malam spesial, maka tentu kita tidak layak menganggap malam ini sebagai malam biasa saja, menyerupai halnya kita menganggap Bulan Ramadhan lebih Istimewa dari bulan-bulan lainnya.
Karena malam nisfu Sya'ban yakni malam Istimewa dibandingkan malam lainnya di bulan Syaban, maka untuk mendapatkan penawaran Istimewa itu, sebagian jemaah melakukannya dengan cara Istimewa dan di kawasan yang Istimewa juga dengan maksud semoga tiruana seruan yang dipanjatkan bisa didengar lebih cepat oleh Allah dan dikabulkan oleh Allah.
Dan dalam hal ini, ketika ada segolongan jamaah membaca Al Alquran secara bersama-sama, kemudian sesudahnya meminta dan berdoa juga secara berjamaah, yang dilakukan di mesjid, maka berdasarkan sebuah hadits, himpunan jemaah tersebut akan dikelilingi oleh para malaikat yang ikut berdzikir dan mengaminkan apa yang diminta.
Sementara kita tahu bahwa malaikat yakni makhluk mulia tanpa dosa, tiruana doanya akan diijabah oleh Allah. Maka ketika ada seruan segolongan jemaah, kemudian diaminkan oleh para malaikat yang mulia, akankah seruan itu ditolaknya ? Sekali-kali tidak dan Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa doa dan seruan jemaah itu akan dikabul oleh Allah atas jasa dari malaikat yang meng-amini.
Lalu kenapa mesti mengkhususkan dengan membaca Surat Yaasin ? Bukankah ada surat-surat yang lainnya ? Betul. Pinginnya tiruananya dibaca, tapi apa daya, kekuatan badan ini yang belum bisa membaca seluruh Al Alquran secara berjamaah, belum lagi tajwid dan makhorijul hurufnya yang tiap orang belum tentu memahaminya. Akhirnya, Kami menentukan Yaasin saja. Mengapa ? Sebab berdasarkan hadits riwayat Imam Darimi :
Makara Kami pilihlah Yaasin yang Kami baca pada malam Nisfu Sya'ban. Adapun bila Anda ingin melaksanakan amalan lain selain membaca Surat Yaasin, itu sah-sah saja, lantaran amalan Yaasin ini ialah muqaddimah berdoa cara Kami, budpekerti adat berdoa cara Kami. Lebih yummy rasanya meminta, kalau tidak pribadi meminta, tapi dipertamai doloe dengan amalan pendekat, dalam hal ini membaca Al Quran.
إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ قَلْبًا وَإِنَّ قَلْبَ الْقُرْآنِ يس مَنْ قَرَأَهَا فَكَأَنَّمَا قَرَأَ الْقُرْآنَ عَشْرَ مَرَّاتٍ
"Sesungguhnya setiap sesuatu mempunyai hati dan sesungguhnya hati Al Qur'an yakni surat Yasin. Barangsiapa yang membacanya, maka ia seolah-olah sudah membaca Al Qur'an sebanyak sepuluh kali."
Makara Kami pilihlah Yaasin yang Kami baca pada malam Nisfu Sya'ban. Adapun bila Anda ingin melaksanakan amalan lain selain membaca Surat Yaasin, itu sah-sah saja, lantaran amalan Yaasin ini ialah muqaddimah berdoa cara Kami, budpekerti adat berdoa cara Kami. Lebih yummy rasanya meminta, kalau tidak pribadi meminta, tapi dipertamai doloe dengan amalan pendekat, dalam hal ini membaca Al Quran.
Kita pun bila ada keperluan kepada seseorang, bertamu kepada seseorang yang kita butuhkan, tentu ada budpekerti dan sopan santun. Anda harus ketuk pintu doloe, salam doloe, pengenalan doloe, pembukaan doloe, ngobrol sana sini doloe, barulah setelah itu mengutarakan apa yang Anda butuhkan. Nggak mungkin Anda begitu masuk ke rumah orang dibutuhkan, pribadi meminta, Anda pastilah akan ditolaknya. Ini spesialuntuk analogi saja biar kita faham.
Demikian yang bisa Saya sampaikan, bila tidak baiklah atau kurang berkenan, tidak masalah, lantaran kita punya latar belakang yang tidak sama, ilmu yang tidak sama, guru yang tidak sama. Saya spesialuntuk mengutarakan ini bahwa amalan yang dilakukan tiap malam nisfu Sya'ban ini ada dasarnya, ada dalilnya, bukan rekaan kiai atau ustadz dan tentu saja Kami sangat menghargai pendapat Anda tiruana yang menganggap amalan ini tidak ada dari sononya atau dalilnya lemah dan lain sebagainya.
Mungkin ilmu kami tiruana tidak setinggi ilmu Anda dan tentu saja hal ini akan membuat Kami lebih keras berusaha untuk mencari ilmu dari guru-guru lainnya yang mulia dan bersanad hingga sanad keilmuannya mencapai ke sumbernya yakni Nabi Muhammad, bukan sekedar dari rujukan yang di sanggup dari buku cetak atau media online saja. Amin. Wallahu a'lam.
Demikian yang bisa Saya sampaikan, bila tidak baiklah atau kurang berkenan, tidak masalah, lantaran kita punya latar belakang yang tidak sama, ilmu yang tidak sama, guru yang tidak sama. Saya spesialuntuk mengutarakan ini bahwa amalan yang dilakukan tiap malam nisfu Sya'ban ini ada dasarnya, ada dalilnya, bukan rekaan kiai atau ustadz dan tentu saja Kami sangat menghargai pendapat Anda tiruana yang menganggap amalan ini tidak ada dari sononya atau dalilnya lemah dan lain sebagainya.
Mungkin ilmu kami tiruana tidak setinggi ilmu Anda dan tentu saja hal ini akan membuat Kami lebih keras berusaha untuk mencari ilmu dari guru-guru lainnya yang mulia dan bersanad hingga sanad keilmuannya mencapai ke sumbernya yakni Nabi Muhammad, bukan sekedar dari rujukan yang di sanggup dari buku cetak atau media online saja. Amin. Wallahu a'lam.